JAKARTA, Narayamedia – Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menginstruksikan delapan langkah kepada jajarannya, mulai dari melakukan deteksi dini dan pemetaan wilayah rawan bencana hingga penanggulangan bencana alam, sebagai upaya tanggap bencana di tanah air.
Hal itu disampaikan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pada Apel Kesiapan Tanggap Darurat Bencana di Lapangan Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/11), dikutip dari Antara.
Kapolri mengatakan berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geografi (BMKG), saat ini sekitar 43,8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, yang puncaknya diperkirakan terjadi secara bertahap dari November 2025 – Januari 2026.
Meningkatnya curah hujan tersebut berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor. Selain itu, BMKG juga mendeteksi bahwa November 2025 akan mulai terjadi fenomena La Nina yang diperkirakan berlangsung hingga Februari 2026.
“Meskipun La Nina diprediksi dalam kategori lemah, namun tetap harus diwaspadai karena juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya kerawanan bencana,” kata Kapolri.
Ketepatan Respons
Polri sebagai bagian dari elemen bangsa pun mempersiapkan langkah-langkah tanggap bencana. Instruksi pertama yang disampaikan Kapolri adalah melakukan deteksi dini dan pemetaan wilayah rawan bencana secara berkelanjutan melalui kolaborasi dengan BMKG serta berbagai pihak terkait lainnya di wilayah masing-masing
“Kedua, berikan informasi dan imbauan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) terkait potensi ancaman bencana,” imbuhnya.
Instruksi berikutnya adalah memastikan kesiapan personel, sarana dan prasarana; termasuk peralatan evakuasi, kendaraan operasional; serta ketersediaan bantuan logistik pendukung sehingga dapat segera digerakkan kapan pun dibutuhkan.
Kemudian, Kapolri meminta jajaran menyimulasikan kegiatan tanggap darurat bencana secara rutin, seperti sarana, edukasi, dan pelatihan kesiapsiagaan.
Lalu, Kapolri menginstruksikan jajaran mengedepankan kecepatan dan ketepatan respons dalam tanggap darurat bencana, mulai dari evakuasi, penyaluran bantuan, pemberian trauma healing (pemulihan trauma), hingga percepatan pemulihan dan rehabilitasi infrastruktur maupun kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang terdampak melalui kerja sama lintas sektoral.
“Laksanakan tugas kemanusiaan dengan penuh empati, humanis, dan profesional sehingga tidak hanya menghadirkan rasa aman, tetapi juga kenyamanan bagi masyarakat,” katanya.
Berikutnya, Sigit meminta jajarannya memastikan seluruh kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan sesuai prosedur baik sebelum, saat, maupun setelah terjadinya bencana dengan terus melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan guna meningkatkan resiliensi bencana. (*)